Halini disebabkan karena letak Sriwijaya yang sangat strategis dan dekat dengan jalur perdagangan antar bangsa yakni Selat Malaka. Selat Malaka pada masa itu adalah jalur perdagangan ramai yang menghubungkan pedagang-pedagang Cina dengan India maupun Romawi. Dari tepian Sungai Musi di Sumatera Selatan, pengaruh Kerajaan Sriwijaya semakin
Kalaukita tarik kebelekang menilik sejarah Indonesia melalui sejarah Kerajaan sriwijaya. Saat itu kerajaan sriwijaya menguasai wilayah selat Malaka dan melakukan hal ini. Setiap kapal2 yang melewati atau bersandar di selat malaka, maka mereka akan meminta upeti atau pajak ke kapal-kapal tersebut. Darisana-lah sriwijaya menjadi kerajaan yg
Sebagaiakibat dari merosotnya kerajaan Sriwijaya, di Sumatra Utara muncul beberapa kerajaan maritime kecil. Kerajaan-kerajaan yang terdapat kira-kira tahun 1300 adalah Samudra, Perlak, Paseh, dan Lamuri (yang kemudian menjadi Aceh). Kerajan-kerajaan pelabuhan ini kesemuanya mengambil keuntungan dari perdagangan di selat Malaka.
Menguasai daerah-daerah starategis (Selat Malaka, Sunda, Tanah Genting Kra) • Melimpahnya hasil bumi • Pusat pendidikan agama Budha di Asia Tenggara Struktur Birokrasi kerajaan Sriwijaya Wilayah kekuasaan Sri Wijaya lebih banyak tertuju didaerah lautan maupun jalur dan pusat perdagangan yang strategis.
KerajaanKota Kapur diperkirakan pada abad 5 – 6 M yang dibuktikan dengan ditemukan empat buah Arca Wisnu dengan gaya arsitektur (langgam) pre-Angkor.Bukti lain yang menguatkan adalah hasil dari proses analisa terhadap carbon dating benteng di situs Kota Kapur yang menunjukkan angka 532 M.. Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi Kerajaan Kota Kapur
Zamanpemerintahan Sultan Iskandar Muda mencapai kebesaran Kerajaan Aceh, dan Sultan Iskandar Muda. meneruskan perjuangannya menyerang Portugis dan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya untuk menguasai. jalur perdagangan di Selat Malaka dan menguasai daerah – daerah penghasil lada. Sultan Iskandar Muda.
Sebagaimanaagar mengetahui tentang kehidupan kerajaan maritim di nusantara maka tidak luput dari peranan kerajaan Sriwijaya di dalamnya. Dikarenakan kerajaan Sriwijaya yang letaknya sangat strategis yakni di tepi Selat Malaka yang menjadi persinggahan kapal asing dan menjadi jalur lalu lintas perdagangan India-Cina serta sering dikunjungi pedagang
Bahasamelayu dibakukan menjadi bahasa indonesia , yang diresmikan sebagai bahasa pemersatu dalam SUMPAH PEMUDA pada tanggal 28 Oktober 1928. Dan juga diresmikan dalam UUD 1945 pasal 36 , yang menyatakan bahwa " bahasa negara ialah bahasa indonesis " . Maka , sumpah pemuda adalah sebuah peritiwa penting untuk mengawali perjuangan identitas
Parapedagang Arab, India, dan China sangat banyak ditemui di Kerajaan Sriwijaya. Perhatikan peta letak Selat Malaka gambar. Perbedaan aktivitas produksi di suatu daerah menyebabkan adanya saling ketergantungan dengan daerah lain. Aktivitas perdagangan itulah cerminan dari kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi serupa dilakukan oleh bangsa
Perairanyang memisahkan pulau Sumatera dengan Semenanjung Malaka ini menjadi jalur perdagangan penting sampai saat ini. Baca juga: Menelusuri Jejak Sejarah di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Jalur Sutera maritim. Pada masa kejayaannya, Sriwijaya menguasai hampir seluruh wilayah Asia Tenggara, salah satunya adalah Selat Malaka.
Padaakhir abad ke-8 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui Selat Sunda maupun Selat Malaka, Selat Karimata, dan Tanah Genting Kra. Kera jaan Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di luar Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India.
Kimuraet al. (1998) mengisolasi garam 1 – Methyherbipoline dari Halisulfate- 1 dan Suvanin sebagai inhibitor protease serin dari sponge jenis Coscinoderma mathewsi.Komponen bioaktif alami yang merupakan peptida makrosiklik berhasil diisolasi dari spons jenis Theonella swinhoei yang berasal dari perairan Jepang. Komponen ini dikenal denagn nama
Tanpaangin ini pertukaran budaya dan perdagangan maritim di Nusantara sulit terjadi. “Mesin dari perkembangan budaya itu sebetulnya angin muson,” kata Iwan Pranoto, profesor pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB, dalam diskusi daring Jaya Suprana Show, berjudul “Mengintip Matematika Sriwijaya-Nalanda”, Selasa (8/12/2020).
b Adanya undang-undang laut yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. c. Kedudukan Banten yang sangat strategis di tepi Selat Sunda, karena aktivitas pelayaran perdagangan dari pedagang Islam semakin ramai sejak Portugis berkuasa di Malaka. d. Berhasil menguasai beberapa daerah di Semenanjung Malaka. e.
Darisegi navigasi, tidak semua alur di sepanjang kawasan Selat Malaka bisa dilayari dengan leluasa, mengingat beberapa bagian dari Selat Malaka alur pelayarannya sangat sempit\/p>\r\n\r\n. Sebagai contoh di Selat Philip yang memiliki lebar mencapai 5 kilometer, namun alur yang bisa dilewati kapal-kapal besar hanya sekitar 800 meter.\/p>\r\n\r\n
IRt4. Mengapa selat malaka mempunyai peranan penting pada masa kerajaan Sriwijaya? Apa peranan selat malaka terhadap perdagangan di nusantara bagi kerajaan maritim pada masa Hindu Budha? Daftar Isi1 Arti Penting Penguasaan Selat Malaka Oleh Kerajaan Alasan Mengapa Selat Malaka Mempunyai Peranan Penting Pada Masa Kerajaan Menghubungkan Samudera Pasifik dan Samudera Kontribusi besar dalam membangun perdagangan Di sekitar Selat Malaka tumbuh beberapa Daerah di sekitar Selat Malaka memiliki sumber daya yang bervariasi Arti Penting Penguasaan Selat Malaka Oleh Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan besar yang pernah mewarnai sejarah Indonesia. Kerajaan bercorak Buddha ini pernah mencapai masa keemasannya sebagai kerajaan maritim. Salah satu kekuatannya sebagai maritim ini karena Sriwijaya menguasai Selat Malaka. Pertanyaannya, seberapa pentingkah peran atau kontribusi Selat Malaka ke kejayaan Kerajaan Sriwijaya? Alasan Mengapa Selat Malaka Mempunyai Peranan Penting Pada Masa Kerajaan Sriwijaya Berikut adalah alasan empat peran penting Selat Malaka ke Kerajaan Sriwijaya. Menghubungkan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia Apa peranan kerajaan Sriwijaya dan aktivitas perdagangan di selat Malaka? Salah satu peran strategis Selat Malaka adalah menghubungkan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Bisa juga disebut jalur sutera maritim atau jalur sutera selatan karen menghubungkan negara di Timur Jauh seperti China dan Jepang dengan Timur Tengah, India, Timur Dekat, Eropa dan pesisir timur Benua Afrika. Banyak kapal pedagang melalui Selat Malaka. Posisi ini membuat Selat Malaka menjadi salah satu dari beberapa area tersibuk di dunia. Disinggahi oleh banyak pedagang, peziarah, ahli agama dan duta besar negara. Bahkan bajak laut pun sering mondar-mandir dan berulah di Selat Malaka. Saking terkenalnya sehingga membuat Kerajaan Sriwijaya dikenal oleh kerajaan, kekaisaran dan dinasti besar di dunia. Sebutlah Kekaisaran Romawi, Dinasti Ummayah dari Arab dan Kerajaan Cholamandala dari India. Ironisnya kelak Sriwijaya harus berakhir di tangan Kerajaan Cholamaandala. Kontribusi besar dalam membangun perdagangan dunia. Karena letaknya strategis seperti yang dijelaskan di poin sebelumnya, Selat Malaka menjadi pusat perdagangan dunia. Banyak bahan baku yang menjadi produksi utama dari berbagai negara di seluruh dunia melalui Selat Malaka dan transit di sini dulu. Ketika kapal pedagang transit, tentu mereka sekalian memasarkan barang dagangannya dan tentunya ini membuka hubungan komunikasi yang baru antar pedagang. Selain efek membangun perdagangan dunia, Selat Malaka juga mengajarkan politik perdagangan. Seperti yang kita tahu, ribuan kapal berlayar lewat Selat Malaka. Hilir mudik dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia atau sebaliknya. Entah berapa juta keping emas nilai dari aktivitas perdagangan di Selat Malaka. Ada gula ada semut berarti ada uang ada orang. Sehingga cukup banyak aktivitas politik dari orang-orang yang memiliki kepentingan di Selat Malaka. Sehingga Selat Malaka merupakan salah satu daerah yang paling rentan di dunia karena berpotensi tinggi untuk masuk dalam perseteruan politik dan kerusakan lingkungan. Di sekitar Selat Malaka tumbuh beberapa kerajaan Tiap tahunnya, banyak industri barang dan jasa bernilai entah berapa satuan emas dan perak yang melewati wilayah Selat Malaka. Memang waktu itu Sriwijaya adalah kerajaan yang sangat kuat dan berhasil mempengaruhi Semenanjung Malaya. Tapi mungkin masih ada beberapa kerajaan kecil yang tunduk di bawah Sriwijaya. Sehingga banyak kerajaan kecil yang juga mengelola Selat Malaka. Beberapa kerajaan kecil ini tentu menarik para pedagang dan penjelajah untuk melihat keanekaragaman daerah di sekitar Selat Malaka. Daerah di sekitar Selat Malaka memiliki sumber daya yang bervariasi Beberapa wilayah yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka adalah wilayah yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan variatif. Lingkungannya pun juga. Wilayah-wilayah ini adalah salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia sehingga dinamakan Sunda hotspot’. Entah itu variasi di hewan atau tumbuhan. Banyak pedagang dan pelaut yang kemari karena selain transit, mereka ingin mencoba surga Asia Tenggara. Baik pemandangan, budaya, kerajaan, sosial, ekosistem hingga kulinernya yang menggoda. Itulah beberapa alasan selat Malaka mempunyai peranan penting pada masa kerajaan sriwijaya. Semoga kamu semakin paham kenapa selat Malaka mempunyai peranan penting pada masa kerajaan sriwijaya ya!
Berikut ini akan dijelaskan tentang terbentuknya jaringan nusantara, terbentuknya jaringan nusantara melalui perdagangan, terbentuknya jaringan keilmuan di nusantara, jaringan nusantara, jaringan perdagangan nusantara, jaringan perdagangan di nusantara, sejarah nusantara, jalur perdagangan nusantara, jalur perdagangan, peta jaringan perdagangan pada masa sriwijaya dan majapahit, jelaskan jalur perdagangan melalui jalur darat, mengapa selat malaka mempunyai peranan penting pada masa kerajaan sriwijaya. Pusat-pusat integrasi Nusantara berlangsung melalui penguasaan laut. Pusat-pusat integrasi itu selanjutnya ditentukan oleh keahlian dan kepedulian terhadap laut, sehingga terjadi perkembangan baru, setidaknya dalam dua hal, yaitu i pertumbuhan jalur perdagangan yang melewati lokasi-lokasi strategis di pinggir pantai, dan ii kemampuan mengendalikan kontrol politik dan militer para penguasa tradisional raja-raja dalam menguasai jalur utama dan pusat-pusat perdagangan di Nusantara. Jadi, prasyarat untuk dapat menguasai jalur dan pusat perdagangan ditentukan oleh dua hal penting yaitu perhatian atau cara pandang, dan kemampuan menguasai lautan. Jalur-jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara sangat ditentukan oleh kepentingan ekonomi pada saat itu dan perkembangan rute perdagangan dalam setiap masa yang berbeda-beda. Jika pada masa praaksara hegemoni budaya dominan datang dari pendukung budaya Austronesia di Asia Tenggara Daratan, maka pada masa perkembangan Hindu-Buddha di Nusantara terdapat dua kekuatan peradaban besar, yaitu Cina di utara dan India di bagian barat daya. Keduanya merupakan dua kekuatan super power pada masanya dan mempunyai pengaruh amat besar terhadap penduduk di Kepulauan Indonesia. Bagaimanapun, peralihan rute perdagangan dunia ini telah membawa berkah tersendiri bagi masyarakat dan suku bangsa di Nusantara. Mereka secara langsung terintegrasi ke dalam jaringan perdagangan dunia pada masa itu. Selat Malaka menjadi penting sebagai pintu gerbang yang menghubungkan antara pedagang-pedagang Cina dan pedagang-pedagang India. Pada masa itu, Selat Malaka merupakan jalur penting dalam pelayaran dan perdagangan bagi pedagang yang melintasi bandar-bandar penting di sekitar Samudra Indonesia dan Teluk Persia. Selat itu merupakan jalan laut yang menghubungkan Arab dan India di sebelah barat laut Nusantara, dan dengan Cina di sebelah timur laut Nusantara. Jalur ini merupakan pintu gerbang pelayaran yang dikenal dengan nama “jalur sutra”. Penamaan ini digunakan sejak abad ke-1 M hingga abad ke-16 M, dengan komoditas kain sutera yang dibawa dari Cina untuk diperdagangkan di wilayah lain. Ramainya rute pelayaran ini mendorong timbulnya bandar-bandar penting di sekitar jalur, antara lain Samudra Pasai, Malaka, dan Kota Cina Sumatra Utara sekarang. Pelayaran dan Perdagangan internasional melalui Selat Malaka Kehidupan penduduk di sepanjang Selat Malaka menjadi lebih sejahtera oleh proses integrasi perdagangan dunia yang melalui jalur laut tersebut. Mereka menjadi lebih terbuka secara sosial ekonomi untuk menjalin hubungan niaga dengan pedagang-pedagang asing yang melewati jalur itu. Di samping itu, masyarakat setempat juga semakin terbuka oleh pengaruh-pengaruh budaya luar. Kebudayaan India dan Cina ketika itu jelas sangat berpengaruh terhadap masyarakat di sekitar Selat Malaka. Bahkan sampai saat ini pengaruh budaya terutama India masih dapat kita jumpai pada masyarakat sekitar Selat Malaka. Selama masa Hindu-Buddha di samping kian terbukanya jalur niaga Selat Malaka dengan perdagangan dunia internasional, jaringan perdagangan dan budaya antarbangsa dan penduduk di Kepulauan Indonesia juga berkembang pesat terutama karena terhubung oleh jaringan Laut Jawa hingga Kepulauan Maluku. Mereka secara tidak langsung juga terintegrasikan dengan jaringan ekonomi dunia yang berpusat di sekitar Selat Malaka, dan sebagian di pantai barat Sumatra seperti Barus. Komoditas penting yang menjadi barang perdagangan pada saat itu adalah rempah-rempah, seperti kayu manis, cengkih, dan pala. Pertumbuhan jaringan dagang internasional dan antarpulau telah melahirkan kekuatan politik baru di Nusantara. Peta politik di Jawa dan Sumatra abad ke-7, seperti ditunjukkan oleh Hall, bersumber dari catatan pengunjung Cina yang datang ke Sumatra. Dua negara di Sumatra disebutkan, Mo-lo-yeu Melayu di pantai timur, tepatnya di Jambi sekarang di muara Sungai Batanghari. Agak ke selatan dari itu terdapat Che-li-fo-che, pengucapan cara Cina untuk kata bahasa sanskerta, Sriwijaya. Di Jawa terdapat tiga kerajaan utama, yaitu di ujung barat Jawa, terdapat Tarumanegara, dengan rajanya yang terkemuka Purnawarman, di Jawa bagian tengah ada Ho-ling Kalingga, dan di Jawa bagian timur ada Singhasari dan Majapahit. Selama periode Hindhu-Buddha, kekuatan besar Nusantara yang memiliki kekuatan integrasi secara politik, sejauh ini dihubungkan dengan kebesaran Kerajaan Sriwijaya, Singhasari, dan Majapahit. Kekuatan integrasi secara politik di sini maksudnya adalah kemampuan kerajaan-kerajaan tradisional tersebut dalam menguasai wilayah-wilayah yang luas di Nusantara di bawah kontrol politik secara longgar dan menempatkan wilayah kekuasaannya itu sebagai kesatuan-kesatuan politik di bawah pengawasan dari kerajaan-kerajaan tersebut. Dengan demikian pengintegrasian antarpulau secara lambat laun mulai terbentuk. Kerajaan utama yang disebutkan di atas berkembang dalam periode yang berbeda-beda. Kekuasaan mereka mampu mengontrol sejumlah wilayah Nusantara melalui berbagai bentuk media. Selain dengan kekuatan dagang, politik, juga kekuatan budayanya, termasuk bahasa. Interelasi antara aspek-aspek kekuatan tersebut yang membuat mereka berhasil mengintegrasikan Nusantara dalam pelukan kekuasaannya. Kerajaan-kerajaan tersebut berkembang menjadi kerajaan besar yang menjadi representasi pusatpusat kekuasaan yang kuat dan mengontrol kerajaan-kerajaan yang lebih kecil di Nusantara. Hubungan pusat dan daerah hanya dapat berlangsung dalam bentuk hubungan hak dan kewajiban yang saling menguntungkan mutual benefit. Keuntungan yang diperoleh dari pusat kekuasaan antara lain, berupa pengakuan simbolik seperti kesetiaan dan pembayaran upeti berupa barang-barang yang digunakan untuk kepentingan kerajaan, serta barang-barang yang dapat diperdagangkan dalam jaringan perdagangan internasional. Sebaliknya kerajaan-kerajaan kecil memperoleh perlindungan dan rasa aman, sekaligus kebanggaan atas hubungan tersebut. Jika pusat kekuasaan sudah tidak memiliki kemampuan dalam mengontrol dan melindungi daerah bawahannya, maka sering terjadi pembangkangan dan sejak itu kerajaan besar terancam disintegrasi. Kerajaan-kerajaan kecil lalu melepaskan diri dari ikatan politik dengan kerajaan-kerajaan besar lama dan beralih loyalitasnya dengan kerajaan lain yang memiliki kemampuan mengontrol dan lebih bisa melindungi kepentingan mereka. Sejarah Indonesia masa Hindu- Buddha ditandai oleh proses integrasi dan disintegrasi semacam itu. Namun secara keseluruhan proses integrasi yang lambat laun itu kian mantap dan kuat, sehingga kian mengukuhkan Nusantara sebagai negeri kepulauan yang dipersatukan oleh kekuatan politik dan perdagangan.
- Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim terbesar di Nusantara, yang berdiri sejak abad ke-7. Sebagai kerajaan maritim, kehidupan perekonomian Sriwijaya banyak bergantung dari pelayaran dan perdagangan laut. Pada masa kejayaannya, kerajaan yang berpusat di tepian Sungai Musi atau sekitar Kota Palembang, Sumatera Selatan, ini pengaruhnya melebihi kawasan Sriwijaya bahkan berhasil menguasai perdagangan nasional dan ini kehidupan perekonomian Kerajaan Sriwijaya. Baca juga Dapunta Hyang Sri Jayanasa, Pendiri Kerajaan Sriwijaya Kehidupan ekonomi Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya kehidupan ekonominya berkembang pesat berkat letaknya yang sangat yang berada di tepi Sungai Musi dan tidak jauh dari Selat Malaka membuat Sriwijaya berada di daerah lintasan pelayaran dan perdagangan internasional. Pada masa itu, aktivitas perdagangan antara India dan China melalui Selat Malaka sangat ramai, yang membawa keuntungan bagi Kerajaan Sriwijaya. Pasalnya, para pedagang asing dari dua negeri tersebut senantiasa singgah di pelabuhan Sriwijaya untuk menambah bekal air minum dan perbekalan makanan. Tidak jarang pula, kapal-kapal yang singgah tersebut melakukan aktivitas perdagangan. Para pedagang asing yang singgah dapat menukarkan aneka porselen, tembikar, kain katun dan sutra, dengan barang dagangan penduduk Sriwijaya yang mayoritas hidup di sektor perdagangan pula.
Pada abad ke-7, muncul kerajaan yang berkembang begitu pesat di wilayah Sumatra, yaitu Kerajaan Sriwijaya yang merupakan salah satu kerajaan maritim di Nusantara saat itu. Awalnya Kerajaan Sriwijaya ini muncul setelah munculnya kota-kota perdagangan. Wilayah pantai timur Sumatra merupakan wilayah yang sangat ramai, hal ini dikarenakan wilayah tersebut menjadi salah satu jalur perdagangan. Kerajaan Sriwijaya terletak di Sumatera Selatan tepatnya di Sungai Musi, Palembang. Menurut Prasasti Kedukan Bukit, raja Sriwijaya yang bernama Dapunta Hyang, berhasil menaklukkan daerah Minangatamwan yang diperkirakan saat ini adalah daerah Jambi. Letak Sriwijaya yang cukup strategis mendorong interaksi antara Sriwijaya dengan kerajaan di luar Nusantara, seperti kerajaan Nalanda dan kerajaan Chola dari India. Selain dengan India, Sriwijaya juga melakukan hubungan baik dengan pedagang-pedagang dari Tiongkok yang sering singgah. Perluasan daerah kekuasaan ini, mendorong perekonomian kerajaan menjadi maju. Selain Dapunta Hyang, Sriwijaya pernah dipimpin oleh Raja Balaputradewa yang merupakan keturunan Dinasti Syailendra. Di bawah kepemimpinan Balaputradewa, Sriwijaya menjadi kerajaan yang sangat berjaya. Pada abad ke-7 M, kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai jalur perdagangan di Selat Sunda, Selat Malaka, Selat Bangka, dan Laut Jawa. Seperti yang disebutkan dalam Prasasti Ligor yang ditemukan di Ligor, pangkalan kerajaan Sriwijaya berfungsi untuk mengawasi perdagangan di Selat Malaka. Selat Malaka merupakan kawasan yang sangat strategis karena menghubungkan jalur pelayaran antara Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan. Hal ini menjadikan Selat Malaka sebagai jalur transportasi perdagangan dunia, sehingga banyak kapal-kapal melintasi dan singgah di Selat Malaka. Banyak para pedagang dari berbagai wilayah khususnya Arab, Persia, India dan Tiongkok yang melakukan bongkar muat barang dagangan di Selat Malaka. Bahkan sejumlah penguasa pada masa Hindu-Buddha jatuh bangun untuk menduduki kawasan pesisir di sekitar perairan ini. Sebagai kerajaan yang sempat menguasai Selat Malaka, hal ini menyebabkan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan mampu menguasai perdagangan nasional serta internasional. Selain itu sebagai penguasa selat, Kerajaan Sriwijaya juga menarik pajak dari pedagang-pedagang yang melintasi Selat Malaka. Hingga abad ke-8 M, kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai jalur perdagangan di Asia Tenggara. Oleh karena kekuasaannya yang sangat luas, Sriwijaya menjadi kerajaan maritim terbesar di seluruh Asia Tenggara dengan sektor perdagangannya yang sangat kuat. Berdasarkan penjelasan di atas maka jawabannya adalah sebab selat malaka merupakan kawasan yang sangat strategis karena menghubungkan jalur pelayaran antara Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan sehingga menjadi jalur transportasi perdagangan dunia.
jelaskan peranan kerajaan sriwijaya dan aktivitas perdagangan di selat malaka